Aku
menjuluki adikku yang satu ini dengan sebutan “Miss Panic”, maknanya sebagaimana yang tertulis. Aku memang memilih
cara yang sedikit berbeda dalam mengekspresikan rasa sayangku terhadap
adek-adek organisasiku, aku memberikan nama panggilan yang berbeda dari nama
asli mereka, tidak semua memang, tapi kebanyakan. Nama-nama itu biasanya aku
plesetkan dari nama aslinya, atau memberinya nama dengan sesuatu yang identik
dengan dia.
Sebenarnya
aku tidak menyebut nama-nama itu sebagai julukan, aku lebih senang menyebutnya
dengan “Panggilan kesayangan”. Iya, panggilan kesayangan. Bagiku mereka
bukan hanya patner kerja di organisasi, mereka lebih dari itu. Bagiku, Kegiatan
Ini semacam mempersonalisasikan sesuatu agar terlihat istimewa. Jika aku
diperkenankan memberikan analogi, memberikan panggilan khusus kepada
seseorang itu semacam memberikan kalung
kepada seseorang yang ada liontin namanya, tapi tidak semelankolis itu.
Ratna,
si perempuan penyandang label “Miss Panic” hanya satu dari sekian banyak crew
cewek di organisasi tempat aku mengembangkan minat dan bakatku dikampus (meski
sekarang sudah tidak lagi L
). Aku menjalin hubungan baik dengan mereka melebihi hubungan yang seharusnya
(biasanya ; Red) terjalin antara seorang
senior dan junior. Namun jangan
beranggapan bahwa aku adalah senior yang kerap melancarkan rayuan-rayuan kain
bekas (gombal) untuk memikat adek tingkat yang masih polos. Aku juga bukan manusia
dengan kelainan jiwa penyuka anak-anak kecil (pedofil). Relasi yang terjalin
diantara kami murni persaudaraan. hehehe
Kultur
yang terbangun di (bekas) organisasi tempat aku berproses ini memang cukup
bagus. Jalinan antar anggota organisasi
bukan hanya sebatas structural.
Kami peduli –kerap ikut campur- terhadap semua hal yang bahkan diluar bahasan
organisasi. Kesehatan, percintaan, keluarga, keuangan, dan hal-hal pribadinya
lainya menjadi topic yang kerap kita perbincangkan bersama diluar perbincangan
seputar jurnalistik. Saling kunjung rumah menjadi hal lazim, bahkan beberapa
orang juga sudah akrab dengan keluarga temanya tersebut.
Seperti
yang sudah aku ceritakan diatas bahwa Ratna “Miss Panic” bukan satu-satunya
yang beruntung mendapatkan panggilan kesayangan dariku. Sebelumnya ada Anis
Sukmawati yang akhirnya populer dengan panggilan “Suketi”, Nur Ani Nisfu berganti “Pepet”, juga Arif Riza Azizi yang
kini lebih terkenal dengan nama “Santoso”, atau yang terbaru Nazilatur Rizqia
yang beruntung mendapat panggilan kesayangan “Qiqi Si Hua-Hua”. Hehehe.
Kini
saat aku sudah tidak lagi satu “dimensi” dengan orang-orang itu, aku masih
kerap menjalin komunikasi via sms atau jejaring social. Tulisan ini adalah
perwujudan betapa kalian telah menjadi bagian penting dalam perjalananku
menjadi manusia.
![]() |
Tak Berdimensi |
(Untuk
Elok, yus, salwa, sofy, alpin, kernet,
pikri, boymen, cimi, hari, basri, bisri, dian, ratna, misana, nurul, marlindut,
dan semuanya.)
Mataram,
15 Maret 2014. 04.06 Wita
0 Response to "Miss Panic"
Post a Comment