Dari saat zaman Indonesia
masih di jajah Belanda sampai Indonesia kini Merdeka, aku tak mendapati
perubahan yang berarti dalam organisasi pramuka. Setidaknya sampai hari ini image
yang melekat erat kepada organisasi ini adalah
kegiatan Pramuka hanya sekedar baris berbaris, teput-tepuk tangan dan
bernyanyi di bawah terik panas matahari.
Materi dalam kegiatan
pramuka pun terkesan membosankan dan cenderung tidak lagi relevan untuk era
ini. Dalam kegiatan Pramuka masih saja diajarkan materi-materi warisan jaman
nenek moyang dahulu, seperti halnya tali-temali, kode-kode atau sandi-sandi.
Puluhan tahun yang lalu menguasai kode simapore
mungkin diperlukan dalam kegiatan berpetualang di hutan atau alam liar,
sebagai sarana komunikasi jarak jauh misalnya. Tapi bukankah saat ini kita
hidup di era teknologi sudah sangat berkembang pesat. Bukankah sudah ada
Handphone atau Handy Talky ? Teknologi juga sudah menawarkan kepada kita
kemudahan dalam mendirikan tenda tanpa harus ribet menyiapkan banyak pancang
dan tali-temali. Bukankah sudah saatnya Pramuka mengajarkan sesuatu yang lebih
berguna kepada anggotanya, ketimbang sekedar kemampuan menyanyi sayonara, tepuk
ganda-tepuk tunggal,atau menyanyi disana senang-disini senang.
Tunas yang tak berujung besar |
Aku rasa para aktivis
Pramuka perlu melakukan melakukan
pengkajian secara intensif mengenai metode pendidikan kepramukaan yang selama
ini dilakukan. Harus ada pembaruan-pembaruan, baik dari sisi materi maupun
metode pendidikan, Bukan hanya sekedar melanjutkan warisan keparamukan zaman
"Bendu".
Sudah sepantasnya sebagai
konsekuensi kata "Muda" yang ada dalam nama pramuka (Praja “Muda” karana)
untuk mengakomodir pemikiran-pemikiran pemuda dalam organisasi ini. Coba tengok
dalam organisasi Pramuka saat ini, bukankah semuanya masih merupakan warisan
pemikiran orang-orang tua yang mungkin sudah usang untuk zaman ini. Di berbagai
pelatihan (Misalnya KMD kampusku) Pramuka juga kerap menghadirkan pemateri
anggota pramuka dari kalangan TUA. Boleh jadi sang pemateri telah berproses
jauh lebih lama ketimbang anak-anak muda anggota Pramuka, tapi apa kita yakin
bahwa sang pemateri telah meng-update pengetahuanya. Bukankah kehidupan telah
banyak berubah semenjak orang-orang tua itu pensiun dari dunia pendidikan.
Menurut Ketua Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka, Prof. Dr. H Azrul Azwar, saat ini anggota Pramuka
Indonesia adalah yang terbesar di dunia yakni lebih 21 juta orang. akan sangat
luar biasa jika orang sebanyak ini dipersiapkan menjadi genarasi hebat,
dibekali dengan banyak hal bermanfaat. Dan bukan menjadi generasi yang selalu
tunduk dan mengabdi pada penguasa tanpa syarat. jJuga bukan pula generasi yang biasa
untuk diseragamkan dan dimatikan kreatifitasnya.
Salam Pramuka,,!!!!
100X Tepuk pramuka....!!!
*Saya adalah Pengamat Remaja Alay, Manja. Udik, kampungan Asolole (atau disingkat PRAMUKA)
0 Response to "MASIHKAH KITA AKAN MENYEBUTNYA PRAJA "MUDA" KARANA?"
Post a Comment