MASIHKAH KITA AKAN MENYEBUTNYA PRAJA "MUDA" KARANA?


Dari saat zaman Indonesia masih di jajah Belanda sampai Indonesia kini Merdeka, aku tak mendapati perubahan yang berarti dalam organisasi pramuka. Setidaknya sampai hari ini image yang melekat erat kepada organisasi ini adalah  kegiatan Pramuka hanya sekedar baris berbaris, teput-tepuk tangan dan bernyanyi di bawah terik panas matahari.

Materi dalam kegiatan pramuka pun terkesan membosankan dan cenderung tidak lagi relevan untuk era ini. Dalam kegiatan Pramuka masih saja diajarkan materi-materi warisan jaman nenek moyang dahulu, seperti halnya tali-temali, kode-kode atau sandi-sandi. Puluhan tahun yang lalu menguasai kode simapore  mungkin diperlukan dalam kegiatan berpetualang di hutan atau alam liar, sebagai sarana komunikasi jarak jauh misalnya. Tapi bukankah saat ini kita hidup di era teknologi sudah sangat berkembang pesat. Bukankah sudah ada Handphone atau Handy Talky ? Teknologi juga sudah menawarkan kepada kita kemudahan dalam mendirikan tenda tanpa harus ribet menyiapkan banyak pancang dan tali-temali. Bukankah sudah saatnya Pramuka mengajarkan sesuatu yang lebih berguna kepada anggotanya, ketimbang sekedar kemampuan menyanyi sayonara, tepuk ganda-tepuk tunggal,atau menyanyi disana senang-disini senang.

Tunas yang tak berujung besar
Andai saja Tarzan hidup di zaman ini, pastilah dia tidak perlu teriak-teriak "Aouwo Aouwo Aouwo" ga jelas, dia hanya perlu BBM binatang-binatang di hutan untuk rapat. Tarzan waktu itu teriak-teriak gak jelas untuk memanggil teman-temantnya lantaran belum ada media yang efektif seperti halnya FB, BBM, wechat, Line ataupun twitter.

Aku rasa para aktivis Pramuka perlu  melakukan melakukan pengkajian secara intensif mengenai metode pendidikan kepramukaan yang selama ini dilakukan. Harus ada pembaruan-pembaruan, baik dari sisi materi maupun metode pendidikan, Bukan hanya sekedar melanjutkan warisan keparamukan zaman "Bendu".

Sudah sepantasnya sebagai konsekuensi kata "Muda" yang ada dalam nama pramuka (Praja “Muda” karana) untuk mengakomodir pemikiran-pemikiran pemuda dalam organisasi ini. Coba tengok dalam organisasi Pramuka saat ini, bukankah semuanya masih merupakan warisan pemikiran orang-orang tua yang mungkin sudah usang untuk zaman ini. Di berbagai pelatihan (Misalnya KMD kampusku) Pramuka juga kerap menghadirkan pemateri anggota pramuka dari kalangan TUA. Boleh jadi sang pemateri telah berproses jauh lebih lama ketimbang anak-anak muda anggota Pramuka, tapi apa kita yakin bahwa sang pemateri telah meng-update pengetahuanya. Bukankah kehidupan telah banyak berubah semenjak orang-orang tua itu pensiun dari dunia pendidikan.
Menurut Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Prof. Dr. H Azrul Azwar, saat ini anggota Pramuka Indonesia adalah yang terbesar di dunia yakni lebih 21 juta orang. akan sangat luar biasa jika orang sebanyak ini dipersiapkan menjadi genarasi hebat, dibekali dengan banyak hal bermanfaat. Dan bukan menjadi generasi yang selalu tunduk dan mengabdi pada penguasa tanpa syarat. jJuga bukan pula generasi yang biasa untuk diseragamkan dan dimatikan kreatifitasnya.

Salam Pramuka,,!!!!
100X Tepuk pramuka....!!!



*Saya adalah Pengamat Remaja Alay, Manja. Udik, kampungan Asolole (atau disingkat PRAMUKA)

0 Response to "MASIHKAH KITA AKAN MENYEBUTNYA PRAJA "MUDA" KARANA?"

Post a Comment

Tulisan Lawas Tapi Tetep Keren

Member Habib Fans Club

Habib On Twitter