Dear Opa Prabowo,
Dear Om Jokowi,,
Di buku-buku IPS SD aku pernah membaca bahwa Indonesia adalah negara yang menyandang label ramah, negara dengan tradisi gotong royong yang sudah mengakar kuat. Guru-guru SD ku juga pernah menjelaskan jika orang-orang di Indonesia mengabaikan perbedaan warna kulit, perbedaan agama, perbedaan suku bangsa, apalagi partai dan pilihan calon president. Masyarakat Indonesia mengabaikan perbedaan-perbe daan itu dan memilih hidup berdampingan dengan damai dan saling menghargai. Penjelasan ini aku yakini sampai sekarang.
![]() |
Surat Tertutup |
Namun entah kenapa tiba-tiba saja masyarakat Indonesia berprilaku jauh seperti yang pernah yang telah di jelaskan oleh guru SD ku. Di televisi, di Koran, di jejaring sosial banyak orang yang saling mencaci, saling memfitnah dan mencari dan mengumbar kejelekan orang yang dianggap tidak sepaham. Orang-orang baik yang dulu sangat aku kagumi karena keilmuan dan kebijaksanaanya pun turut terlibat dalam hal tak pantas ini. Dan hal ini semua disebabkan oleh perbedaan pilihan calon presiden. Tentang perbedaan memilih “Prabowo” atau “Jokowi” saja.
Aku berharap perilaku tidak terpuji ini segera berhenti seiring tibanya bulan suci Ramadhan. Namun ternyata Ramadhan belum mengubah apapun dari kita selain jam makan, minum dan tidur. Beberapa diantara Kita masih kerap saling mencaci satu sama lain, masih sering mengeluh di sana-sini (FB salah satunya), kita masih belum memberikan rasa aman kepada orang-orang di sekitar kita
Aku berharap dalam waktu dekat, baik Pak Prabowo ataupun Om Jokowi mempertontonkan kepada public, bahwa bapak berdua sedang tidak saling berseteru, misalnya saja dengan membuat acara buka bersama atau shalat tarawih berjamaah. Acara semacam itu penting demi memberikan penegasan kepada masyarakat Indonesia bahwa anda berdua hanya sedang berlomba menjadi yang terbaik di negri ini, jadi para pendukung anda tidak perlu saling mencaci, memfitnah dan saling jegal. Bagaimanapun Pak Prabowo dan Om Jokowi adalah pihak yang harus bertanggungjawa b atas “kekacauan” ini. Jika pak Wowo dan pak Wiwi mau mengikuti saran saya, saya rasa anda tidak hanya akan menjadi kepala Negara, tapi anda juga akan menjadi Negarawan yang memberi teladan kepada seluruh masyarakat Indonesia.
0 Response to "BUKAN SURAT TERBUKA."
Post a Comment