Dosen Kuliah Subuh

Oleh masyarakat di Desa, saya didapuk menjadi Dosen untuk mengampu "Kuliah Subuh" dan "Kuliah Tujuh Menit" yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun di masjid desa, kegiatan ini diikuti puluhan jamaah dari kalangan ibu-ibu lansia dan hanya beberapa laki-laki paruh baya. Saya dipercaya menggantikan Dosen sebelumnya yang sudah dianggap terlalu sepuh dan sudah waktunya menikmati masa tua bermain bersama cucu-cucunya. "Kita perlu dosen Muda, yang pemikirannya lebih update dan luas seperti sampean mas", tegas seorang warga desa

Saya adalah satu-satunya kandidat yang oleh masyarakat desa dianggap pantas dan kompeten untuk mengampu 2 kegiatan tersebut. Bukan apa-apa, menurut mereka memang sudah semestinya kuliah subuh dan kuliah tujuh menit diampu oleh seorang lulusan perguruan tinggi. Sedangkan hanya ada 2 orang warga desa yang merupakan lulusan perguruan tinggi, saya dan seorang perempuan. Jadi tentu saja warga desa yang masih fanatik terhadap laki-laki sebagai pemuka memilih saya.
Saya benar-benar bersyukur karena terlahiir di Desa seperti tempat tinggal saya sekarang, karena hanya dengan berbekal ilmu saya yang tak seberapa saja, saya sudah bisa berkontribusi dan diberi peran strategis di desa. Saya tidak bisa membayangkan jika saya terlahir di desa yang memiliki peradaban sangat maju, yang terdapat banyak orang-orang cerdas, saya akan tidak begitu berguna, karena tidak memiliki akses seperti yang saya dapatkan sekarang.
Saya memang tidak bekerja di tempat bergengsi sebagaimana teman-teman kuliah dulu, atau sahabat-sahabat pergerakaan, menjadi akademisi, politisi atau penjual tahu isi. Tapi menemukan kebahagiaan yang luar biasa. Saya merasa hidup saya bermakna.

0 Response to "Dosen Kuliah Subuh"

Post a Comment

Tulisan Lawas Tapi Tetep Keren

Member Habib Fans Club

Habib On Twitter