Seperti siswa
SMP Katolik saat di ajar Bahasa Arab….
Atau seperti
halnya manusia Bumi, yang bersekolah diluar Angkasa dan Ia tak tau bahasa apa
yang sedang digunakan oleh para pengajarnya….
Atau
bayangkan siswa SD asal Nganjuk yang
mengikuti perkuliahan di Oxfort University…
Sedikit analogi yang mungkin
dapat menggambarkan betapa tidak mengertinya diriku saat berada dikelas (di
Prodi Matematematika STAIN Tulungagung). Tak banyak yang bisa aku pahami dan
mengerti dari penjelasan seorang dosen dari 2 jam penjelasanya di depan kelas, tentang
sebuah materi yang tak sedikitpun aku mengerti. Sebagai bentuk penyikapan atas
kegalauaanku, aku biasa mengambil tempat duduk dibaris paling belakang pojok,
atau tempat-tempat yang sekiranya dosen tak mampu melihatku secara langsung
dari mejanya. Satu hal yang aku faham benar dengan mata kuliah ini adalah nama
dosenya, tapi untuk nama matakuliah, mempelajari tentang apa, apalagi jika
ditanya sekarang pembahasanya sudah sampai apa, aku tak begitu mengerti.
Jika kau kira aku adalah mahasiswa berotak dedel, ber-IP rendah, sering bolos kuliah dan tidak bersemangat dalam mengikuti perkuliahan kau salah besar. Memang untuk urusan semangat dalam kuliah, aku bisa dikatakan tak se-semangat mahasiswa yang lain. Tapi untuk urusan IP (Indeks Prestasi) , aku masuk dalam Kategori mahasiswa ber IP (Lumayan) Tinggi. Setidaknya samapi semester 6 ini IPK-ku masih 3,5. Aku juga masih berani mengatakan bahwa aku ber-otak Genius, sering mengelurakan ide-ide cemerlang, encer, hebat, dst. Indikasinya dari masih banyaknya teman yang memujiku kata-kata demikian.
Di berbagai jenjang
pendidikan sebelum ini aku juga selalu mendapatkan prestasi dibidang akademik
maupun non-akademik. Saat SD aku selalu berada di peringkat 5 besar, bahkan aku
pernah menjuarai lomba cerdas cermat agama tingkat kecamatan. Prestasi gemilang
juga masih aku torehkan saat MTs. Namaku pernah tercatat sebagai pemenang lomba
pidato, dan tentu termasuk dalam 5 besar. Begitupun saat aku MAN, dijurusan
bahasa nilai raportku masih jadi yang
terbaik. Dari penjelasan panjang lebarku ini aku ingin mengatakan bahwa aku
sebenarnya tak bodoh, aku bersukur Allah menganugrahkan kepadaku kecerdasan
otak. Lantas pertanyaanya mengapa aku begitu sulit memahami apa yang
disampaikan dosenku…???.
Seorang teman pernah
berkomentar saat aku berkeluh kesah tentang problematika yang saat ini tengah
aku alami, “ Mungkin kamu salah jurusan
Bib, kamu tu seharusnya ngambil Jurusan PAI atau bahasa inggris gitu”. Jawabanya Bisa
Jadi . Tapi aku terlalu cengeng jika aku membenarkan alas an semacam ini,
karena dalam keyakinanku apapun yang dijalani dengan keteguhan pastilah
menghasilkan sesuatu yang memuaskan.
Kambing telah menjadi sate
dan Gule, tiada guna aku menyesali keputusanku mengambil Jurusan Matematika.
Yang saat ini bisa aku lakukan adalah serius, atau mencari dan memahami hal
lain yang tak kalah istimewa diluar matematika. Jurnalistik misalnya. Saat
Keputusan menuangkan ideku ini menjadi tulisan aku sedang memimpin 3 organisasi
sekaligus. Salah satunya ketua Lembaga Pers Mahasiswa Dimensi. Sebuah organisasi yang bergerak di
dunia jurnalistik, dan sekarang aku begitu nyaman berkecimpung di dunia ini.
0 Response to "Matematika"
Post a Comment